Resensi Cerpen
( Dibawah Lindungan Ka’bah )
( Dibawah Lindungan Ka’bah )
A. Identitas Buku
1. Judul cerpen : Dibawah lindungan ka’bah
2. Pengarang : Prof. DR. (Buya) Hamka
3. Penerbit : PT. Bulan Bintang
4. Tebal buku : 80 halaman
5. Cetakan : cetakan ke-25
6. Penerjemah : -
7. Cerpen yang diresensi : Hal 73-75
B. Pendahuluan
Hamka juga merupakan
seorang wartawan, penulis, editor,
dan penerbit. Sejak tahun 1920-an, Hamka menjadi wartawan beberapa buah surat
kabar seperti Pelita Andalas, Seruan Islam,
Bintang Islam, dan Seruan Muhammadiyah. Pada tahun 1928, ia menjadi editor majalah Kemajuan
Masyarakat. Pada tahun 1932, ia menjadi editor
dan menerbitkan majalah al-Mahdi di Makassar. Hamka juga pernah menjadi editor
majalah Pedoman Masyarakat, Panji Masyarakat, dan Gema Islam
Hamka adalah seorang
otodidak dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra,
sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat. Dengan kemahiran
bahasa Arabnya yang tinggi, ia dapat menyelidiki karya ulama dan pujangga besar
di Timur Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa
al-Manfaluti, dan Hussain Haikal. Melalui bahasa Arab juga, ia meneliti karya sarjana Perancis, Inggris dan Jerman seperti Albert Camus, William James, Sigmund Freud, Arnold Toynbee, Jean Paul Sartre,Karl Marx, dan Pierre Loti.
Hamka juga banyak
menghasilkan karya ilmiah Islam dan karya lain seperti novel dan cerpen. Pada tahun 1928, Hamka menulis buku
romannya yang pertama dalam bahasa
Minang dengan judul Si Sabariah. Kemudian, ia juga
menulis buku-buku lain, baik yang berbentuk roman, sejarah, biografi dan otobiografi, sosial
kemasyarakatan, pemikiran dan pendidikan, teologi, tasawuf, tafsir, dan fiqih. Karya ilmiah
terbesarnya adalah Tafsir
al-Azhar. Di antara novel-novelnya seperti Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck, Di Bawah Lindungan Ka'bah, dan Merantau ke Deli juga menjadi
perhatian umum dan menjadi buku teks sastra di Malaysia dan Singapura. Beberapa
penghargaan dan anugerah juga ia terima, baik peringkat nasional maupun
internasional
Pada tahun 1959, Hamka mendapat
anugerah gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas al-Azhar, Kairo atas jasa-jasanya
dalam penyiaran agama Islam dengan menggunakanbahasa
Melayu.
Kemudian pada 6
Juni 1974, kembali ia
memperoleh gelar kehormatan tersebut dari Universitas Nasional Malaysia pada bidang
kesusasteraan, serta gelar Profesordari Universitas
Prof. Dr. Moestopo
C. Isi cerpen ( sinopsis )
DI BAWAH
LINDUNGAN KA’BAH
Hamid adalah seorang yatim dan dia tinggal bersama ibunya di kota
Padang, tepatnya di sebuah rumah yang mungkin lebih layak untuk disebut sebagai
gubug. Beberapa bulan kemudian, rumah besar di sebelah gubug Hamid, ditempati
oleh Haji Ja’far yaitu seorang saudagar bersama istri dan anak perempuannya.
Karena iba dengan keadaan Hamid dan ibunya, istri saudagar itu yang
biasa dipanggil Mak Asiah, membantu hamid. Haji Ja’far menyekolahkan Hamid
bersama-sama dengan putinya, Zainab yang akhirnya dianggap adik oleh hamid.
Setelah tamat sekolah, Hamid menyadari bahwa dia mencintai Zainab,
begitu pula sebaliknya. Tapi, keduanya saling menyimpan rasa itu. Karena Hamid
tau, walaupun ia mengatakannya pasti akan sia-sia. Dia tidak sederajat dengan
Zainab. Begitu pula Zainab. Dia menyadari akan kedudukan keluarganya dalam
masyarakat, karena itulah dia tidak mengatakan perasaannya pada Hamid.
Sampai suatu hari, Haji Ja’far meninggal dunia. Hamid dan Ibunya tidak
lagi sering ke rumah almarhum Haji Ja’far. Di tambah lagi dengan keadaan Ibunya
yang sudah sakit-sakitan dan tak lama, Ibunya pun menyusul menuju alam barzah.
Hamid begitu terpukul dengan semua cobaan ini. Kini dia sebatang kara. Apalagi
ketika Mak Asiah meminta bantuannya untuk meluluhkan hati Zainab agar mau
menikah dengan kemenakkan ayahnya. Hamid yang putus asa memutuskan untuk
meninggalkan kota Padang dan pergi sejauh-jauhnya dari kota itu, maka sampailah
dia di tanah suci ini.
Di tanah suci dia bisa melupakan Zainab dan semua penderitaannya, yaitu
dengan berserah diri kepada ALLAH. Tapi, tidak jarang kenangan-kenangannya
bersama Zainab muncul menghantuinya. Sampai datanglah Saleh, temannya sewaktu
masih di bangku sekolah. Dia membawa kabar mengenai zainab yang dia ketahui
dari istrinya, yaitu bahwa Zainab juga mencintainya dan sekarang dia tengah
menderita karena perasaa yang sudah lama dia pendam itu. Zainab tidak jadi
menikah dengan kemenakkan ayahnya.
Ketika surat Zainab untuk Hamid datang bersamaan dengan surat Rosna,
Hamid menyadari betapa beruntungnya dia bahwa mengetahui kalau Zainab
berperasaan yang sama pada dirinya. Tapi, itu tidaklah mengubah keadaan, karena
semuanya telah terlambat.
Pada hari mengerjakan tawaf, datanglah surat untuk Saleh dari istrinya
Rosnah. Hamid yang waktu itu berada di atas bangku tandu (karena sakit dan
lemah badannya, Hamid tidak bisa mengerjakan tawaf sendirin) bertanya pada
sahabatnya itu, surat apakah itu? Karena dia melihat adanya perubahan pada
wajah Saleh setelah membaca surat itu. Dengan gugup Saleh mengatakan pada hamid
bahwa Zainab telah tiada. Tak lama setelah mengerjakan tawaf dan berdoa, Hamid
pun menyusul Zainab. Ia menghembuskan nafas terakhirnya di bawah lindungan
ka’bah dan pada hari itu juga jenazahnya di makamkan di pekuburan Ma’al yang
Mahsyur.
D. Analisis unsur
1.
Intrinsik
TEMA
Cerpen ini bertemakan tentang kisah
cinta yang terhalang karena perbedaan kelas sosial..
ALUR
Cerpen ini mempunyai alur maju mundur.
SETTING/LATAR
o
Latar Tempat
a. Di Mekah
b. Di Kota Padang
c. Di Rumah
d. Di Halaman Rumah
e. Di Puncak Gunung Padang
f. Di Padang Panjang
a. Di Mekah
b. Di Kota Padang
c. Di Rumah
d. Di Halaman Rumah
e. Di Puncak Gunung Padang
f. Di Padang Panjang
o
Latar Waktu
a. Tahun 1927
b. Bulan Ramadan, Bulan Syawal
c. Bulan Zulhijjah
d. Pagi
e. Hari Minggu
f. Malam
a. Tahun 1927
b. Bulan Ramadan, Bulan Syawal
c. Bulan Zulhijjah
d. Pagi
e. Hari Minggu
f. Malam
o g. Sore
o
Latar Suasana
a. Suasana sedih
a. Suasana sedih
o
b. Suasana Bahagia
PERWATAKAN
o
Hamid : tabah dan sabar serta tegar, badannya kurus lampai,
rambutnya hitam berminyak, sifatnya pendiam, suka bermenung seorang diri
o Zainab : seorang
gadis yang baik, walaupun ia anak orang kaya tetapi dia mau berteman dengan
orang miskin
o Haji Ja'far : Haji
Ja'far mempunyai watak baik hati dan dermawan.
o
Mak Asiah : dermawan dan rendah hati, memiliki rasa belas kasihan,
penyanyang.
o
Ibu : pemarah, putus asa,penyabar, seorang yang penuh
kasih sayang.
o
Saleh : setia kawan.
o
Rosna : setia dan teguh hati.
SUDUT
PANDANG
Sudut pandang yang digunakan adalah orang pertama dan orang
ketiga..
AMANAT
Segala sesuatu membutuhkan pengorbanan. Kita sebagai manusia
boleh berencana, berharap dan berusaha semaksimal mungkin, namun Allah jugalah
yang menentukan semua itu.
2.
Ekstrinsik
Ø NILAI PENDIDIKAN
“Sekolah-sekolah
Agama yang di situ mudah sekali sayaMasuki, karena lebih dahulu saya
mempelajari ilmu umum, saya hanya tinggal memperdalam pengertian dalam perkara
agama saja, sehingga akhirnya salah seorang guru menyarankan saya mempelajari
agama di luar sekolah , sebab kepandaian saya dalam ilmu umum”.
Ø NILAI AGAMA
“ Ibu pun menunjukkan
kepadaku beberapa do’a dan bacaan, yang menjadi wirid dari almarhum Ayah semasa
mendiang hidup, mengharapkan pengharapan yang besar-besar kepada Tuhan serwa
sekalian alam memohon belas kasihannya ”.
Ø NILAI MORAL
“maka pada dirinya
saya dapati beberapa sifat yang tinggi dan terpuji, yang agaknya tidak terdapat
pada pemuda-pamuda yang lain baik dari kalangan kaya dan bangsawan sekalipun.
Sampai pada saat yang paling akhir daripada kehidupan ayahku, belum pernah ia
menunjukkan Perangai yang tercela. Wahai Ros saya tertarik benar kepadanya”
Ø NILAI SOSIAL
kemiskinan
telah menjadikan ibu putus harapan memandang kehidupan dan pergaulan dunia ini,
karena tali tempat bergantung sudah putus dan tanah tempat berpijak sudah
terban
E. Kekurangan dan kelebihan
Ø Kelebihan dari Novel Di Bawah
Lindungan Ka’bah : Terletak pada alurnya yang dapat membawa pembaca
merasakan apa yang dirasakan Hamid dan Zainab.
Ø Kekurangan dari Novel Di Bawah
Lindungan Ka’bah : Terletak pada bahasa yang digunakan. Karena bahasa yang
digunakan yaitu antara bahasa minang-indonesia dan bahasa melayu.
F. Penutup
Berdasarkan analisis pada novel Di Bawah Lindungan Ka'bah karya Haji Abdul
Malik Karim Amrullah (HAMKA) temanya yaitu cinta terhalang kelas sosial dan
kasih tak sampai.
Susunan alur/plotnya yaitu yang pertama pengarang
melukiskan keadaan digambarkan pada awal cerita saat pengarang menunaikan
ibadah haji pada tahun 1927. Yang kedua peristiwa yang bersangkut paut mulai
bergerak, digambarkan ketika Hamd mencintai Zainab. Yang ketiga peristiwa mulai
memuncak, digambarkan ketika Hamid mengalami beberapa musibah yaitu kematian
Haji Ja'far dan ibunya. Yang keempat peristiwa mencapai klimaks, digambarkan
ketika Hamid diperintah oleh Mak Asiah untuk melunakan hati Zainab agar mau
ditunangkan degan saudaranya, setelah itu Hamid meninggalkan kampung
halamannya. Yang kelima pengarang memberikan pemecahan dari semua peristiwa
dengan menggambarkan cinta keduaya terbongkar, tapi setelah keduanya mengetahui
perasaa masing-masing cinta mereka terpisah oleh kematian. Ketegangannya
terletak pada apakah Hamid dan Zaiab akan sampai menikah? Jawabannya adalah
keduanya tidak sampai pelaminan tapi sampai di atas nisan.
Tokoh yang mendukung cerita pada novel ini yaitu
diantaranya Hamid. Ia sebagai tokoh utama dengan watak roud character dan
digambarkan dengan watak campuran. Yang kedua tokoh Zainab, ia memiliki watak
roud character dan digambarkan dengan cara campuran. Yang ketiga Haji Ja'far
memiliki watak flat character dan digambarkan dengan cara campuran. Yang
keempat Mak Asiah memiliki watak flat character dan digambarkan dengan cara
campuran. Yang kelima tokoh ibu memiliki watak roud character dan digambarkan
dengan cara campuran. Yang keenam tokoh Saleh memiliki watak roud character dan
digambarkan dengan cara campuran. Yang ketujuh tokoh Rosna memiliki watak flat
character dan digambarkan wataknya dengan cara campuran. Yang kedelapan tokoh
Aku (pengarang) memiliki watak flat character dan wataknya digambarkan dengan
cara campuran.
Latar tempatnya yaitu di Mekah, Puncak Gunung
Padang, Halaman Rumah, Kota Padang, Rumah, Padang Panjang, Pesisir Arau,
Pemakaman Ma'la, dan Medan. Latar waktu yaitu tahun1927, bulan Ramadan, bulan
Syawal, bulan Zulhijjah, pagi, malam sore, hari Minggu. Latar lingkungan sosial
diantaranya lingkungan sosial keagamaan dan lingkungan sosial penghasilan
rendah. Latar suasana diantaranya suasana sedih dan suasana bahagia.
Gaya pengarang dalam mengungkapkan seluruh cerita
yaitu dengan cara deskripsi dan narasi. Gaya bahasa yang digunakan diantaranya
asoaiasi, antithese, pleonasme, repetisi, klimaks, hiperbolisme, personifikasi,
metaphora, euphimisme. Titik pengisahan yang digunakan oleh pengarang (HAMKA)
adalah sebgai tokoh yaitu dengan cara titik pengisahan tokoh bawahan. Sementara
amanat keseluruhanya yaitu dalam menghadapi suatu harus lebih bijak dan
memahami perasaan orang lain, serta harus bersabar dan dapat menerima kenyataan
walau menyakitkan.
DI BAWAH LINDUNGAN KA'BAH
Seorang anak yatim yang
miskin bernama Hamid diangkat anak oleh keluarga Haji Jafar . Haji Jafar adalah
orang yang kaya raya. Haji Jafar dan istrinya ( Asiah ), menganggap Hamid
seperti anaknya sendiri. Hamid anak yang rajin, sopan dan berbudi sehingga
diperlakukan sama dengan anak kandung mereka, Zaenab.
Hamid juga menganggap Hamid
seperti kakak kandungnya. Ia banyak bersama – sama dengan Hamid. Karena
bersekolah di tempat yang sama, keduanya pergi dan bermain bersama. Ketika
mereka beranjak remaja, dalam hati mereka mulai tumbuh perasaan lain, suatu
perasaan yang selama ini belum mereka rasakan sebelumnya. Hamid merasa bahwa
rasa sayangnya terhadap Zaenab bukan lagi perasaan sayang kepada adiknya.
Demikian pula halnya dengan Zaenab.
Setelah tamat dari sekolah
rendah, Hamid melanjutkan sekolahn ke Padang Panjang, sedangkan Zaenab tidak
melanjutkan sekolahnya. Pada masa itu, wanita yang tamat sekolah rendah tidak
dibolehkan meneruskan sekolahnya. Mereka dipingit untuk kemudian dinikahkan
dengan pilihan orang tuanya. Dengan berat hati, Hamid meninggalkan gadis itu.
Selama di Padang Panjang,
Hamid semakin menyadari perasaan cintanya terhadap Zaenab. Perasaan rindu
hendak bertemu dengan gadis itu semakin hari semakin menyiksa. Ia ingin selalu
berada di dekatnya. Namun, ia tidak berani mengutarakan perasaan hatinya. Dia
sadar adanya jurang pemisah yang sangat dalam antara mereka. Zaenab berasal
dari keluarga terpandang, sedangkan Hamid berasal dari keluarga miskin. Itulah
sebabnya, rasa cinta yang bergelora terhadap Zaenab hanya dipendamnya saja.
Hamid benar – benar harus
menguburkan rasa cintanya kepada Zaenab ketika Haji Jafar, ayah zaenab yang
sekaligus ayah angkatnya, meninggal dunia. Tidak lama kemudian, ibu kandungnya
pun meninggal. Betapa pilu hatinya ditinggal oleh dua orang yang sangat dia
cintai. Kini dia merasa hidup sebatang kara. Dia merasa tidak lebih sebagai
pemuda yatim piatu yang miskin. Sejak kematian ayah angkatnya, Hamid tidak
dapat menemui Zaenab lagi karena gadis itu telah dipingit ketat oleh mamaknya.
Hati Hamid semakin hancur
ketika mengetahui bahwa zaenab akan dijodohkan dengan pemuda yang memiliki
kekerabatan dengan ayah angkatnya. Bahkan, Mak Asiah meminta Hamid untuk
membujuk Zaenab supaya mau dijodohkan. Betapa hancur hati Hamid menerima
kenyataan tersebut. Cinta kasihnya kepada Zaenab tidak akan pernah tercapai.
Dengan berat hati, Hamid
menuruti kehendak Mak Asiah. Dia menemui Zaenab dan membujuk gadis itu agar mau
menerima pemuda pilihan mamaknya. Menerima kenyataan tersebut, hati Zaenab
menjadi sangat sedih. Dalam hatinya, dia ingin menolak kehendak mamaknya, namun
dia tidak mampu melakukannya.
Setelah kejadian itu, Hamid
memutuskan untuk pergi meninggalkan kampung halamannya. Dia tidak sanggup menanggung
beban berat. Dia meninggalkan Zaenab dan pergi ke Medan, dia menulis surat
kepada Zaenab. Dalam suratnya, dia mencurahkan isi hatinya kepada gadis itu.
Dari Medan Hamid melanjutkan perjalanan menuju Singapura, kemudian dia pergi ke
tanah suci Mekkah.
Betapa sedih dan hancur
hati Zaenab ketika dia menerima surat dari Hamid. Gadis itu tersiksa karena dia
pun mencintai Hamid. Dia sangat merindukannya. Namun, dia harus melupakan
cintanya karena mamaknya telah menjodohkan dirinya dengan pemuda lain. Karena
selalu dirundung kesedihan, Zaenab sering sakit – sakitan dan kehilangan
semangat hidup.
Hamid selalu gelisah karena
menahan rindu pada Zaenab. Untuk mengahapuskan kerinduannya, dia bekerja pada
sebuah penginapan milik seorang Syekh. Sambil bekerja, dia terus memperdalam
agama islam dengan tekun.
Setelah setahun berada di
Mekkah, Hamid bertemu dengan Saleh, seorang teman dari kampungnya yang sedang
melakukan ibadah haji. Ketika itu Saleh menjadi tamu di penginapan tempat Hamid
bekerja. Dari Saleh, Hamid dapat mendengar kabar tentang Zaenab. Sejak
kepergiannya, Zaenab sering sakit – sakitan. Dia sangat menderita karena
menanggung rindu kepadanya. Dia juga mengetahui kalau zaenab tidak jadi menikah
dengan pemuda pilihan ibunya.
Mendengar penurturan Saleh,
Hamid merasa sedih sekaligus gembira. Dia sedih sebab Zaenab dalam keadaan
menderita batin. Di lain pihak, dia gembira sebab Zaenab ternyata mencintainya.
Setelah mengetahui kenyataan yang menggembirakan itu, Hamid memutuskan untuk
kembali pulang ke kampung halamannya setelah ia menunaikan ibadah haji.
Sementara itu , Saleh
mengirim surat kepada istrinya mengabarkan pertemuannya dengan Hamid. Dia
menceritakan bahwa hamid masih menantikan Zaenab dan dia pun memberitahukan
bahwa Hamid akan pulang ke kampung halamannya bila mereka telah selesai
menunaikan ibadah Haji.
Rosna memberikan surat dari
Saleh kepada zaenab. Ketika dia membaca surat itu, betapa gembiranya hati
Zaenab. Dia tidak pernah menyangka akan bertemu lagi dengan kekasih hatinya.
Dia merasa tidak sabar lagi menanti kedatangan Hamid. Segala kenangan indah
bersama Hamid kembali menari – nari dalam pikirannya. Semua itu dia ungkapkan
melalui suratnya kepada Hamid.
Hamid menerima surat Zaenab
dengan sukacita. Semangatnya untuk segera kembali pulang ke kampung semakin
mengebu – bgebu. Dia sangat merindukan kekasih hatinya. Itulah sebabnya, dia
memaksakan diri untuk tetap menunaikan ibadah haji sekalipun dalam keadaan
sakit. Dia menjalankan setiap tahap yang wajib dilaksanakan untuk kesucian dan
kemurnian ibadah haji dengan penuh semangat. Dalam keadaan sakit parah, dia
melakukan wukuf. Namun, sepulang melakukan wukuf di Padang Arafah, tubuhnya
semakin melemah.
Pada saat yang sama, Saleh
mendapat kabar dari istrinya bahwa Zaenab telah meninggal dunia. Dia tidak
ingin memberi tahu kabar itu kepada Hamid. Namun, Hamid mendesaknya untuk
menceritakan isi surat tersebut.
Mengetahui isi surat itu,
Hamid sangat terpukul. Namun, karena keimanannya kuat, dia mampu menerima
kenyataan pahit itu. Dia menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT. Keesokan
harinya, dia tetap memaksakan diri untuk berangkat ke Mina. Namun, dalam
perjalannya, dia terjatuh, sehingga Saleh mengupah orang Baduy untuk
memapahnya.
Usai acara di Mina, mereka
berdua berangkat ke Masjidil Haram. Ketika mereka selesai mengelilingi Ka’bah,
Hamid minta berhenti di Kiswah. Sambil memegang Kiswah itu, dia mengucapkan “
Ya Rabbi, ya Tuhanku Yang Maha Pengasih dan Penyayang, “ beberapa kali.
Suaranya semakin melemah dan akhirnya berhenti untuk selama – lamanya. Hamid
meninggal dunia di depan Ka’bah.
0 comments:
Post a Comment